Terjebak dalam agenda politik 2024, karena Edy dan Ijeck tidak harmonis
Hal itu disampaikan kepada wartawan oleh pengamat politik Universitas Negeri Medan (UNIMED), Dr Bakhrul Khair Amal.
“Isu yang muncul di antara kedua pemimpin di Sumut ini menunjukkan bahwa mereka terjebak oleh kepentingan masing-masing dalam agenda politik 2024,” ujarnya, Senin (26/12).
Bakhrul mengatakan apa yang ditunjukkan oleh Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah alias Ijeck semakin memperkuat pembenaran jargon ‘tidak ada teman abadi dalam politik, tetapi kepentingan abadi’.
Menurutnya, hal ini menjadi miris jika dikaitkan dengan keberadaan mereka sebagai gubernur dan wakil gubernur yang dipilih dan dilegitimasi oleh rakyat untuk memimpin rakyat dalam mencapai kemakmuran bersama.
“Kalau efek domino perseteruan ini sampai ke rakyat, gubernur dan wakil gubernur justru terjebak dengan keinginannya masing-masing. Yang harus benar-benar mereka fokuskan selama menjabat adalah pentingnya melayani masyarakat, tidak terjerat dengan Partai Demokrat yang sedang berkembang, ” dia berkata.
Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah yang bersatu dalam pemilihan gubernur 2018 dengan nama ERAMAS, belum menyelesaikan seluruh agenda kepemimpinannya, yang terangkum dalam visi dan misi yang telah mereka rencanakan. Berasal dari visi dan misi inilah yang menjadi tolok ukur dalam menilai keberhasilan mereka dalam memimpin Sumut.
“Martabat di bidang pendidikan, infrastruktur, kesehatan, tata kelola dan daya saing bisa dinilai dari kinerjanya. Angka stunting, angka kemiskinan, angka pengangguran dan lain-lain. Coba kita lihat, apakah kita sudah mencapai semuanya?” dia berkata.
“Artinya, masyarakat tidak lagi disalahkan karena memilih mereka. Tapi kita juga harus menuntut mereka secara pribadi dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Sumut dan Wakil Gubernur Sumut,” pungkasnya.
Source: news.google.com