Setengah abad pesta Ka'bah di Kalsel, dulu gudang, kini goyah - informasi
Politik

Setengah abad pesta Ka’bah di Kalsel, dulu gudang, kini goyah

Sebelum reformasi, hanya ada tiga pilihan: Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dan ada masa Kalimantan Selatan menjadi suara Partai Ka’bah. BANJARMASIN – PPP diproklamirkan pada 5 Januari 1973. Gabungan empat partai agama. Yaitu partai NU, Perti, Syarikat Islam dan Parmusi.

Pada masa Orde Baru, di Banua, partai berjaya dengan lambang Ka’bah. Saat itu, masyarakat Banjarmasin memilih PPP bukan hanya karena ideologi Islamnya, tetapi juga sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim Soeharto. Setelah 1998, PPP masih kuat. Dua orang kadernya bahkan menjadi gubernur Kalsel.

Itu adalah Shahriel Darham, pemimpin dari 2000-2005. Disusul Gubernur dua periode 2005-2015, Rudy Ariffin. Sama halnya di parlemen, jumlah pemilih PPP dan jumlah kursi sulit ditandingi. Tapi itu dulu. Dahulu kala. Sekarang PPS bukan lagi satu-satunya pilihan. Orang-orang sekarang didorong oleh partai hijau lain. Ditambah partai nasionalis yang agak sayap kanan. Basis masif PPP terus tergerus. Terpuruk dan kemudian menyelam. Buktinya tidak ada kader PPP di unsur pimpinan DPRD Kalsel pada Pileg 2019.

Tiga tahun lalu, PPP hanya meraih tiga kursi. Bandingkan dengan pemilu 2014 yang meraih tujuh kursi. Situasi di DPRD kabupaten dan kota tidak lebih baik. Di Banjarmasin, suara PPP jatuh. Dikurangi dari lima kursi menjadi dua kursi.

Apa yang salah? Pakar politik dari FISIP Universitas Lambung Mangkurat Andi Tanri Sompa merasa sedih. Karena PPP gagal mempertahankan dukungan di masa lalu. Menurutnya, hal itu merupakan dampak dari munculnya partai-partai baru. Dengan rajin menggunakan media sosial dan masif, mereka mampu merekrut anak-anak muda.

Sementara itu, partai-partai agama lain berhasil merebut hati para aktivis Islam dan kelompok santri melalui perang pengaruh. Pemilih PPP juga prihatin. “Sekarang kan banyak partai. Tidak hanya partai agama, partai nasionalis juga membungkus dirinya dengan amplop agama,” kata Tanri (5/1).

Ketika partai-partai nasionalis juga ikut serta “menjual” isu-isu agama, hal itu membuat ceruk pasar mereka penuh sesak. “Dulu PPP satu-satunya pilihan. Pemilih religius mencoblos secara massal di sana,” imbuhnya. Lalu apa yang harus dilakukan PPP jika tidak ingin tersebar di tahun 2024?

Dia menuntut perubahan paradigma dan pola pembingkaian. “Terutama bagaimana mengembalikan kepercayaan publik (rakyat),” tutup Tanri.

TETAP OPTIMIS

Ketua Pengurus Cabang PPP Kota Banjarmasin, Rasyid Ridha, mengakui sengitnya pertarungan antarfaksi Islam. Namun dia tetap yakin PPS masih cukup kuat melawan partai hijau lainnya. Rashid menatap tahun 2024 dengan antusias.

“Iklim politik saat ini luar biasa. Tapi kami optimistis bisa mengembalikan prestasi sebelumnya,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin. Keyakinan itu datang dari lambang partainya: Ka’bah. Karena masyarakat Banjarmasin sangat religius dan menghormati ulama, dia yakin PPP tetap mengemban tugas. melaksanakan aspirasi umat. “Insya Allah sesuai dengan lambang partai kita, itu akan menjadi arah kiblat bagi seluruh umat Islam di dunia,” ujarnya.

Saat ditanya berapa kursi yang dijadwalkan pada pemilu 2024, dia menjawab tak ingin membebani pengurus partai. “Tidak muluk-muluk. Yang jelas kita berusaha mengembalikan hasil pemilu lalu. Itu satu dapil untuk satu kursi,” katanya. “Kalau sekarang hanya dua kursi, maka tahun depan insya Allah lima kursi. Kalau lebih dari lima, berarti limpahan rahmat,” ujarnya

Tentu saja, optimisme saja tidak cukup. Dia mengatakan, PPP saat ini sedang mematangkan strategi partai dan memanaskan mesin politiknya. Seperti membentuk komite industri (PAC) di setiap kabupaten. Lanjut ke tingkat cabang di kecamatan. “Selanjutnya kami akan berkonsentrasi untuk menyusun saksi-saksi pemilu,” pungkasnya. (mof/zkr/gr/fud)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button