Penanganan dwarfisme di Jawa Barat menjadi panutan Kementerian Kesehatan
PORTALJABAR, KOTA BANDUNG – Kementerian Kesehatan RI mencatat, jumlah kasus stunted atau terhambatnya pertumbuhan di Indonesia masih tergolong tinggi. Saat ini angka stunting nasional sudah mencapai 24 persen. Presiden Joko Widodo berharap angka pertumbuhan yang terhambat bisa di bawah 14 persen pada 2024.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dwarfisme adalah salah satu masalah utama yang dihadapi pemerintah Indonesia saat ini. Karena dwarfisme menyangkut masa depan bangsa, tidak bisa dilepaskan dari generasi anak-anak saat ini.
Menurut Gunadi, Provinsi Jawa Barat menjadi tolok ukur penanganan dwarfisme karena memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, yakni hampir 50 juta jiwa.
“Tentunya, jika kekerdilan bisa ditanggulangi oleh Jabar, dampaknya besar secara nasional. Jabar sangat penting untuk menekan laju pertumbuhan nasional karena memiliki jumlah penduduk terbanyak. Anak-anak di bawah umur juga banyak. lima,” kata Gunadi dalam acara Stunting Summit Jabar di Aula Barat Gedung Sate, Rabu (14/12/2022).
Gunadi mengapresiasi upaya DPRD Provinsi Jabar bersama Pemkot dan Pemkab. Melalui beberapa inovasi, program dwarfisme yang diterapkan di Jawa Barat diharapkan memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi dwarfisme di Jawa Barat.
“Jadi jika penanganan stunting di Jabar berhasil, maka secara nasional dipastikan berhasil menurunkan stunting dari 24 persen menjadi 14 persen,” ujarnya.
“Terima kasih kepada Pak Gubernur (Ridwan Kamil) dan masyarakat Jabar, komitmennya untuk mengurangi kekerdilan luar biasa dan inovasi programnya luar biasa,” imbuhnya.
Budi menjelaskan, dalam pertempuran ada cara yang paling efisien, yaitu mitigasi. Yang pertama adalah memastikan calon ibu tidak mengalami anemia sebelum menikah. Kedua, ibu hamil tidak boleh kekurangan gizi dan kadar zat besinya harus dijaga, dan ketiga, selalu memantau tumbuh kembang anaknya serta menjaga gizi bayinya.
“Yang paling penting adalah mengukur zat besi sebelum menikah agar tidak anemia. Kalau kurang, kita kasih tablet tambah darah yang gratis dengan puskesmas. Setelah Anda hamil, jangan sampai kekurangan gizi. Pertumbuhan anak dipantau dengan USG, melihat tinggi, ukurannya. Jika tidak, beri makan makanan bergizi. Ini sangat penting,” jelasnya.
Selain itu, menurut Gunadi, bayi yang lahir tidak boleh mengalami kenaikan berat badan. Karena kalau sudah stunting, tahapannya akan sulit dan panjang. Dan makanan bayi tidak boleh keluar karena infeksi, diare. Jadi harus dilindungi dengan vaksinasi, imunisasi.
“Kalau stunting kita hanya bisa hemat sekitar 5-6 persen. Insya Allah kalau ini terjadi, dwarfisme bisa dilakukan dengan baik. Untuk mencegah stunting kita harus turun tangan dengan ibu. Pemerintah pusat tidak bisa hidup tanpa daerah , jadi kita harus bekerja sama, harus inklusif,” imbuhnya.
Budi menyatakan penanganan dwarfisme di Jabar sangat baik dan akan dijadikan role model Kemenkes untuk kemudian direplikasi di daerah lain.
“Saya minta izin, ide baiknya ditiru, ambil, bagikan ke daerah lain dan bisa dilaksanakan. Kalau semangat semua kepala daerah mendekati Jabar, insyaallah target 14 persen secara nasional,” dia berkata.
Sementara itu, Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengatakan perencanaan pernikahan dan kehamilan yang baik adalah upaya lain untuk mengurangi kekerdilan.
Jabar masuk pertimbangan karena angka kehamilannya tinggi, hampir 880 ribu per tahun, dari 4,8 juta secara nasional.
Menurut Hasto, 80 persen orang yang menikah di Jawa Barat hamil di tahun pertama. Oleh karena itu, perlu untuk menghindari hulu. Tidak ada dwarfisme sebelum hamil, itu lebih baik.
“Untungnya Kemenag sudah melakukan upaya untuk tidak menikahkan pasangan kecuali sudah diperiksa atau dalam kondisi baik. Ini salah satu upaya untuk mencegah stunting,” ujar Hasto.
Source: news.google.com