Pemerintah Bentuk Tim Modifikasi Cuaca (TMC)
JAKARTA, investor.id– Prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang potensi musim kemarau yang lebih kering dari tahun 2022, serta kemungkinan variabilitas iklim El Nino yang lemah di akhir tahun 2023 mendorong Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Panjaitan untuk membentuk Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, serta dalam rangka pengisian air ke waduk untuk menjamin ketersediaan air untuk pertanian.
Instruksi Menko Kemaritiman ditindaklanjuti dengan Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) di BMKG-Jakarta yang dipimpin oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dihadiri oleh Wakil Menko Marvest, Nani Hendiarti, Deputi BMKG, mantan Menko Marvest Maritime Affairs, Indroyono Soesilo dan Tim TMC serta Tim Industri Jasa TMC di Indonesia.
Dalam pengantarnya, Deputi Menko Penanaman Modal menegaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan TMC di berbagai daerah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk keberhasilan pelaksanaan KTT G20 Bali pada 15-16 November 2022, telah mendorong pemerintah untuk menerapkan TMC di Indonesia. bidang teknologi, sumber daya dan kelembagaan.
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh, perlu ditawarkan opsi kebijakan agar TMC dapat diperkuat dan diterapkan dalam berbagai kegiatan dalam sistem pengelolaan air terpadu.
Pakar TMC Tri Handoko Seto menjelaskan, kegiatan TMC di Indonesia meningkat pesat setiap tahun selama 3 tahun terakhir, terutama untuk mengisi bak penampungan air, menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta mengurangi curah hujan di berbagai daerah.
Mantan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) yang juga pakar TMC, Asep Karsidi menjelaskan perkembangan teknologi TMC yang telah berkembang dari operasi hujan buatan melalui penyemaian udara menggunakan pesawat besar hingga operasi TMC dengan teknologi suar yang dibawa oleh mesin tunggal kecil. pesawat terbang, namun memiliki tenaga lebih dibandingkan menggunakan pesawat besar.
Selain itu, tersedia juga teknologi TMC yang bersifat statis dengan menggunakan flare yang dinyalakan di cerobong asap yang dipasang di daerah yang sering terjadi hujan lebat untuk menyebarkan awan guna mengurangi kerapatan hujan dan mencegah banjir. Operasionalisasi teknologi static flare telah dilakukan di konsesi pertambangan di Kalimantan Timur untuk memastikan operasi penambangan tidak terganggu oleh hujan lebat.
“Selain kesiapan pesawat TNI-AU untuk mengoperasikan TMC konvensional, industri jasa TMC di Indonesia saat ini telah menyiapkan 14 pesawat bermesin tunggal untuk melakukan operasi TMC dengan teknologi flare,” ujarnya baru-baru ini kepada Investor Daily di Jakarta.
Ke depan, Rakornis juga sepakat bahwa penguatan TMC di Indonesia harus didukung oleh sistem standardisasi yang terstandar, yang tersusun dari hasil beberapa kajian TMC yang telah dan sedang berjalan. Kegiatan TMC 2023 diharapkan dapat dilaksanakan pada akhir musim hujan dan awal musim kemarau saat ketersediaan awan cukup dan berpotensi berubah menjadi hujan sesuai dengan data cuaca yang dihimpun BMKG.
Editor : Ridho ([email protected])
Source: news.google.com