Hingga Juli 2022, NPL KUR BRI tercatat sekitar 1,42%
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (WTCB) terus mendorong penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar seluruh kuota yang dipercayakan pemerintah dapat terserap hingga akhir tahun.
Namun, ekspansi KUR juga tetap diimbangi dengan menjaga kualitas asetnya. Beberapa strategi telah diterapkan oleh bank pemerintah ini, sehingga rasio kredit bermasalah atau pinjaman bermasalah (NPL) KUR bisa tetap rendah.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan rasio NPL KUR perseroan saat ini masih dipertahankan. “Hingga Juli 2022, NPL KUR termasuk dalam kisaran 1,42 persen,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (31/8).
Baca Juga: Promo Kuliner BRI Terbaru 2022, Diskon 35% Beli Baso Malang Karapitan
Untuk menjaga kualitas KUR yang dibayarkan, BRI menerapkan strategi pertumbuhan selektif, menurut Aestika. Hal ini sejalan dengan strategi perkreditan BRI secara umum.
Selain itu, BRI juga menjadikan sektor prioritas dalam penyaluran KUR, seperti perdagangan dan pertanian. Dia mengatakan BRI akan terus memanfaatkan penggunaan data analytics untuk memperkuat proses penerimaan kredit serta meningkatkan peluang sukses restrukturisasi.
Hingga Juli 2022, BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp144,47 triliun atau setara dengan 56,86% dari kuota yang diberikan pemerintah sebesar Rp254,1 triliun.
Sebagian besar KUR BRI disalurkan ke sektor industri pengolahan sebesar 57,56% dari total penyaluran.
Aestika menambahkan, BRI berkomitmen untuk terus menyalurkan KUR karena KUR memiliki nilai ekonomi dan sosial yang besar bagi masyarakat. Berdasarkan riset BRIN, setiap akses KUR berpotensi meningkatkan penyerapan tenaga kerja rata-rata 3 orang.
Selain menerapkan strategi pertumbuhan selektif, BRI juga menggunakan: ekosistem hiperlokal dengan fokus pada ekosistem desa, pasar kelompok perusahaan dan komoditas tertentu. BRI juga terus memperkuat melalui digitalisasi yaitu platform PARI, Localoka dan pasar.id.
Strategi lain untuk meningkatkan penyaluran KUR pada tahun 2022 adalah dengan mengoptimalkan ekosistem ultra mikro yang saat ini sumber pertumbuhan baru untuk BRI.
Baca Juga:BRI dan KedaiSayur Gandeng Perluas Ekosistem Pertanian Digital
“Terciptanya ekosistem ultra mikro yang mengintegrasikan seluruh layanan keuangan BRI, Pegadaian dan PNM menjadi satu ekosistem yang besar akan memperkuat peran BRI dalam mendukung pemberdayaan dan pengembangan usaha masyarakat khususnya segmen mikro dan ultra mikro,” kata Aestika.
Kemampuan pelaku UMKM untuk cepat beradaptasi dan pulih dari dampak pandemi Covid-19 menjadi faktor kunci. Ia mengatakan para pelaku UMKM kini telah menemukan standar baru berupa kemampuan beradaptasi untuk menjalankan usahanya secara lebih efisien dan akurat.
Contoh penyesuaian yang dilakukan pelaku UMKM, kata Aestika, salah satunya terlihat dari cara mereka menentukan besaran keuntungan dari penjualan produk. Sebelum pandemi, pelaku UMKM sering mengambil untung dengan margin 30 persen per produk. Namun, margin ini tidak bisa dipertahankan setelah pandemi merebak.
“Akibatnya, pengusaha mikro berhasil bekerja lebih efisien, antara lain dengan mengurangi jumlah barang dan hanya menjual barang yang dibutuhkan masyarakat dengan margin minimal, sehingga barang tersebut terserap pasar.” pungkas Aestika.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita
Source: newssetup.kontan.co.id