Hasil studi mengungkapkan sangat rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di kalangan lansia
Laporan wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Masih banyak lansia di Indonesia yang membutuhkan perawatan, malah tidak lagi menggunakan layanan kesehatan.
Seringkali lansia pergi ke dokter saat pertama kali mengalami nyeri. Jika gejala berlanjut, lansia biasanya meninggalkan sistem perawatan kesehatan.
Demikian kesimpulan studi banding perawatan lansia di Indonesia yang dilakukan sejak 2019.
Baca Juga: Tetua Berjalan Pakai Tongkat, Jaja Miharja Tolak Mundur dari Dunia Hiburan
Kerjasama antara Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta dengan University of Southampton (UK), serta Loughborough University (UK) dan Oxford University (UK).
Studi banding berupa penelitian etnografi ini dilakukan di lima lokasi di Indonesia (DKI Jakarta, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur).
“Ini memprihatinkan. Dengan kurangnya perawatan medis, ini berarti gejala nyeri tidak dapat dikontrol. Sehingga penurunan kondisi kesehatan dan fungsional lebih lanjut tidak dapat dicegah,” ujar Elisabeth Schroeder-Butterfill dalam keterangannya, Sabtu (7/1/ 2023).
Studi ini menemukan tiga alasan mengapa lansia yang membutuhkan perawatan berhenti menggunakan layanan kesehatan.
Pertama, keluarga khawatir tentang biaya perawatan medis.
Tidak semua keluarga memiliki akses ke BPJS atau KIS.
Meski ditanggung oleh BPJS atau KIS, mereka masih khawatir dengan biaya tambahan untuk mengakses layanan kesehatan.
Atau untuk membayar obat-obatan atau bantuan.
Banyak keluarga yang mengecualikan penggunaan BPJS.
Karena waktu tunggu yang lama dalam kondisi sibuk, staf tidak ramah dan tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaan, dan layanannya tidak baik.
Baca juga: Menkes ingatkan lansia konsumsi makanan sehat untuk menambah kalsium guna mencegah osteoporosis
Source: news.google.com