Akar Penalaran, Dampak dan Solidaritas Pangan
Mubada.id – Berbicara mengenai konteks saat ini dimana dunia dan juga Indonesia sedang menghadapi tantangan dan permasalahan pangan. Seperti pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia, belum sepenuhnya teratasi. Konflik antar negara, perubahan iklim, dan harga pangan yang tidak stabil membutuhkan solidaritas pangan.
Dalam keadaan seperti itu, tentu timbul pertanyaan tentang apa yang harus kita lakukan untuk meringankan beban bersama. Terutama saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan, sebagai bentuk perhatian dan kepedulian kita? Pertanyaan ini dapat membantu kita merenungkan sejauh mana kita telah berusaha untuk mengasihi, merawat, dan memberkati orang lain (solidaritas).
Akar masalah makanan
Isu pangan yang terus menerus diangkat dalam perbincangan adalah kemiskinan dan kelaparan, malnutrisi, pertumbuhan terhambat dan berbagai penyakit lainnya, sisa makanan (food waste), perubahan iklim yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas pangan, konflik atau perang antar negara, isu perdagangan pangan dan orang lain dan seterusnya. Di Indonesia, misalnya, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2020, sampah makanan dinyatakan sebesar 39,8 persen dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan masyarakat, padahal masih ada 8,34 persen penduduk yang masih mengalami kekurangan pangan. .
Akar masalah fenomena kelaparan dunia bukan hanya masalah materi atau ekonomi. Ini masalah moral. Oleh karena itu, penting untuk ditekankan bahwa perkembangan manusia yang otentik memiliki karakter moral. Ini mengandaikan penghormatan penuh terhadap pribadi manusia. Tetapi Anda juga harus memperhatikan dunia di sekitar Anda dan mempertimbangkan sifat setiap makhluk dan hubungan di antara mereka dalam suatu sistem yang teratur.
Esensinya menunjukkan bahwa tidak terpenuhinya hak atas pangan bukan hanya karena sebab-sebab alamiah. Tetapi itu adalah situasi yang disebabkan oleh perilaku pria dan wanita yang mengarah pada penurunan norma sosial, ekonomi dan kemanusiaan. Kemiskinan dan konflik berdarah memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka dan mencari bantuan di luar negara mereka sendiri untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Dampak krisis pangan
Sangat penting untuk saling mengingatkan bahwa dampak krisis pangan dan krisis ekonomi mempengaruhi kebutuhan primer, termasuk hak dasar setiap orang atas pangan yang cukup dan sehat. Situasi ini terutama memperburuk situasi mereka yang hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan.
Mereka yang miskin dan terkena dampak antara lain orang tua lanjut usia, ibu hamil, bayi dan anak-anak, mereka yang rentan terhadap penyakit, dan sebagainya. Fakta bahwa masih ada kemiskinan dan kelaparan serta masalah pangan lainnya yang memperpendek umur jutaan orang. Ini adalah ancaman bagi kehidupan dan martabat manusia dan membutuhkan tanggapan dari semua orang.
Kembali untuk kita saling mengingatkan agar banyak yang terus makan tidak sehat dan cukup. Ini adalah kenyataan yang kejam, tidak adil dan paradoks bahwa hari ini ada makanan untuk semua orang. Tetapi tidak semua orang memiliki akses ke sana. Dan bahwa di beberapa bagian dunia makanan disia-siakan dan dikonsumsi secara berlebihan, atau ditujukan untuk tujuan selain kebutuhan gizi. Untuk memutus spiral pangan ini, kita perlu mendorong institusi ekonomi dan inisiatif solidaritas pangan sosial. Dimana langkah ini dapat memberikan akses rutin kepada masyarakat miskin terhadap sumber pangan pokok.
Pentingnya solidaritas pangan
Salah satu bentuk solidaritas pangan yaitu amal kebaikan atau tersentuh hati adalah berbagi makanan sehat. Ini adalah inisiatif dan gerakan berkelanjutan yang telah terjadi. Baik yang kita tujukan kepada saudara-saudara kita yang masih terdampak wabah Covid-19 maupun saudara-saudara kita yang terdampak krisis pangan. Gerakan solidaritas berbagi pangan sehat dapat kita artikan sebagai salah satu upaya untuk memajukan kebaikan bersama. Selain untuk mengangkat dan menjaga harkat dan martabat manusia.
Solidaritas pangan berupa kecukupan pangan dan ketersediaan pangan yang sehat dan berkelanjutan merupakan tujuan dari upaya bersama semua pihak. Mengembangkan sumber pangan yang ada, mengelolanya dengan baik dalam semangat cinta kasih, agar setiap orang mendapatkan pangan yang cukup, adalah upaya kami untuk mencapai kesejahteraan bagi semua.
Dengan demikian, tidak ada yang akan kelaparan karena tidak bisa mendapatkan makanan. Kita harus saling mengingatkan agar kita memberi makan mereka yang lapar. Solidaritas pangan dengan perspektif yang lebih peduli dan murah hati diharapkan dapat lebih berguna untuk refleksi dan penataan kehidupan bersama dalam masyarakat dan negara. (bersama)
Source: news.google.com